CALIFORNIA - Menyusul keluhan pengguna Google+ yang keberatan terhadap kebijakan penggunaan nama asli untuk profilnya, raksasa internet California segera membeberkan penjelasan.
Seorang blogger Amerika Serikat Robert Scoble mengaku telah menanyakan langsung permasalahan itu kepada Vice President of Engineering Google Vic Gundotra yang berharap kebijakan itu bisa ditanggapi secara lebih positif.
Gundotra berkeras kebijakan ini tak ubahnya seperti peraturan restoran yang tidak membolehkan tamu yang mengenakan kaus oblong untuk memasuki restoran tersebut.
"Menurut Gundotra ini bukanlah masalah penggunaan nama asli. Dia (Gundotra) kebijakan ini diharapkan bisa mengajak pengguna menggunakan identitas yang biasa mereka gunakan serta 'menyingkirkan' profil dengan tulisan aneh seperti menggunakan karakter kecil dan besar, atau seseorang yang jelas menggunakan nama palsu seperti ‘god’ atau lebih buruk lagi," demikian pernyataan Scoble melalui akun Google+ miliknya seperti dikutip Pocket-Lint, Rabu (27/7/2011).
Google juga telah menjelaskan keputusannya menutup akun-akun dengan nama palsu pada User Content and Conduct Policy Google butir 13, "Demi membantu mengatasi spam dan menghindari profil-profil palsu, gunakanlah nama yang biasa digunakan teman, keluarga atau rekan kerja untuk memanggil anda. Contohnya, jika nama lengkap anda adalah Charles Jones Jr. tapi anda biasa disapa Chuck Jones atau Junior Jones, kedua nama itu bisa digunakan."
Tidak lama setelah Scoble mem-posting penjelasan itu, Vice President Product Google+ Bradley Horowitz juga menuliskan pernyataan singkat pada akun Google+ nya.
Horowitz mengklaim bahwa Google tengah mencari cara untuk memudahkan proses pendaftaran sehingga permasalahan yang dihadapi saat ini berkurang drastis di masa mendatang. Dia juga membantah bahwa penutupan akun Google+ akan mengakibatkan penghapusan seluruh akun Google pengguna.
Source: okezone